THE POST (2017)

THE POST (2017)






Film THE POST yang dirilis secara global pada tanggal 12 Januari 2018 ini tentu sudah tidak asing lagi didengar bagi para penikmat film dengan sentuhan jurnalisme. Pasalnya selain berbau biografi, drama dan sejarah, THE POST ternyata juga berangkat dari kisah nyata loh. Film besutan sutradara kondang, Steven Spielberg menampilkan gambaran Amerika saat tahun 70an. Perlu diakui memang saat saya menonton film ini pada bagian awalnya saya cukup merasa bosan karna masih belum dapat menangkap alur ceritanya. Namun lama-kelamaan film ini menjadi suatu hal yang cukup mengunggah selera untuk ditonton. Nah, bagi kalian yang penasaran atau berniat buat nonton film ini, yuk mari baca review singkat saya berikut ini.



Gambar diambil disini
 

THE POST mengisahkan cerita mengenai pembeberan data yang seharusnya rahasia. Cerita berawal ketika Daniel Ellsberg, seorang analis militer asal Amerika dari RAND Corporation menyadari bahwa keputusan pemerintah Amerika Serikat ternyata banyak menyia-nyiakan tentaranya di perang Vietnam, dia mengambil tindakan dengan menyalin dokumen rahasia yang menjadi makalah Pentagon dan dijadikannya sebagai bukti kebohongan pemerintah AS pada rakyat. Pada saat itu pula Kay Graham, pemilik dari Washington Post  sedang berusaha untuk mengelola bisnis almarhum suaminya agar dapat bersaing dengan surat kabar lainnya di luaran sana. Dengan tekad bersaing yang kuat, reporter Washington Post pun bertemu dengan Daniel Ellsberg dan mendapatkan salinan lengkap makalah Pentagon tersebut. Namun sayangnya rencana Washington Post dalam mempublikasikan berita tersebut terancam gagal, pasalnya hal tersebut telah diketahui oleh pemerintah Federal. Tak main-main, hal ini dapat membuat mereka semua didakwa atas perbuatan kontroversi mereka. Menjadi suatu dilemma yang sangat besar bagi Kay Graham dalam pengambilan sebuah keputusan. Di satu sisi apakah Kay Graham harus memutuskan untuk mundur demi keamanan perusahaan dan demi menjaga hubungan baiknya yang telah dijalin selama ini dengan dengan pemerintah. Di sisi lain, apakah dalam mewujudkan kebebasan pers adalah sebuah keputusan yang tepat. Pada akhirnya setelah melewati pergumulan yang panjang, Kay Graham bersama dengan para staffnya bekerja sama untuk memperjuangkan demokrasi di Amerika Serikat.

  Akting Meryl Streep berhasil memerankan sosok Kay Graham secara totalitas, dimana terdapat unsur feminisme di dalamnya (feminisme adalah sebuah gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dalam politik, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang publik). Pada saat itu, kepemimpinan Kay Graham sangat diragukan oleh banyak pihak karena ia satu-satunya wanita dalam perusahaan tersebut. Ketika Kay Graham berada di posisi yang sangat terjepit itulah, di hadapan komisaris Kay Graham dengan lantang berkata “It’s no longer my father’s company. This is no longer my husband’s company. This is my company” Waaaaahhh… kata-kata yang sangat berkesan bagi sayaa ketika melihat langsung cara penyampaiannya dari Kay Graham

Film ini bisa dikatakan sebagai film kontroversial dengan beragam kasus pelik yang dihadirkan di dalamnya, selain usaha dalam memperjuangkan kebebasan pers, juga terdapat nilai-nilai yang dapat dipelajari dari sini salah satunya nilai feminisme. Bagaimana pendapat kamu? Apakah masih tertarik untuk menonton filmnya?

Komentar

Postingan Populer